Apakah yang dimaksud dengan Bagja?  BAGJA merupakan   singkatan dari lima tahapan dalam manajemen perubahan yaitu "Buat Pertanyaan, A...

 

Apakah yang dimaksud dengan Bagja? BAGJA merupakan singkatan dari lima tahapan dalam manajemen perubahan yaitu "Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, dan Atur Eksekusi".

Merancang Program Pemfasilitasi Kepemimpinan Murid dengan Model Prakarsa Perubahan BAGJA dalam Pembelajaran Bahasa Inggris dengan membuat Pod Cast

Memahami Model Prakarsa Perubahan BAGJA

Model Prakarsa Perubahan BAGJA adalah sebuah pendekatan yang sistematis untuk mendorong inisiatif dan kepemimpinan murid dalam proses pembelajaran. Singkatan BAGJA sendiri mewakili tahapan-tahapan dalam model ini, yaitu:

  • Berkenalan dengan masalah
  • Analisis masalah
  • Generasi ide solusi
  • Jadikan rencana aksi
  • Aksi
  • Evaluasi

Menerapkan Model BAGJA dalam Pembelajaran Bahasa Inggris

Berikut adalah contoh program yang dapat dirancang untuk memfasilitasi kepemimpinan murid dalam pembelajaran Bahasa Inggris menggunakan model BAGJA:

Tahap 1: Berkenalan dengan Masalah

  • Kegiatan:
    • Guru mengajak siswa untuk mengidentifikasi kesulitan atau tantangan yang mereka hadapi dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
    • Siswa dapat melakukan brainstorming secara kelompok atau individu, kemudian mempresentasikan hasil identifikasinya.
  • Contoh Masalah:
    • Kesulitan dalam memahami materi grammar
    • Minimnya kesempatan untuk berlatih berbicara bahasa Inggris
    • Kurangnya motivasi dalam belajar kosakata baru

Tahap 2: Analisis Masalah

  • Kegiatan:
    • Guru membimbing siswa untuk menganalisis lebih dalam akar penyebab masalah yang telah diidentifikasi.
    • Siswa dapat menggunakan berbagai teknik analisis seperti diagram tulang ikan (fishbone diagram) atau analisis SWOT.
  • Contoh Analisis:
    • Kurangnya latihan berbicara disebabkan oleh kurangnya kegiatan berbicara di kelas.
    • Kesulitan memahami grammar disebabkan oleh kurangnya penjelasan yang kontekstual.

Tahap 3: Generasi Ide Solusi

  • Kegiatan:
    • Guru memfasilitasi siswa untuk menghasilkan ide-ide kreatif dalam mengatasi masalah yang telah diidentifikasi.
    • Siswa dapat menggunakan teknik brainstorming, mind mapping, atau six thinking hats.
  • Contoh Ide Solusi:
    • Mengadakan kegiatan diskusi kelompok menggunakan bahasa Inggris
    • Membuat video pembelajaran bahasa Inggris
    • Mengorganisasi lomba pidato bahasa Inggris

Tahap 4: Jadikan Rencana Aksi

  • Kegiatan:
    • Siswa bersama guru menyusun rencana aksi yang jelas dan terukur.
    • Rencana aksi mencakup tujuan yang ingin dicapai, langkah-langkah yang akan dilakukan, sumber daya yang dibutuhkan, dan jadwal pelaksanaan.
  • Contoh Rencana Aksi:
    • Tujuan: Meningkatkan kemampuan berbicara bahasa Inggris siswa kelas 10.
    • Langkah: Mengadakan kegiatan English Corner setiap hari Jumat selama satu semester.
    • Sumber Daya: Ruang kelas, guru sebagai pembimbing, materi diskusi.
    • Jadwal: Mulai dari bulan Januari hingga Juni.

Tahap 5: Aksi

  • Kegiatan:
    • Siswa melaksanakan rencana aksi yang telah disusun.
    • Guru berperan sebagai fasilitator dan memberikan dukungan serta bimbingan yang diperlukan.
  • Contoh Aksi:
    • Siswa secara bergiliran memimpin diskusi dalam English Corner.
    • Siswa membuat video pembelajaran singkat dan mempresentasikannya di kelas.

Tahap 6: Evaluasi

  • Kegiatan:
    • Siswa dan guru bersama-sama melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan rencana aksi.
    • Evaluasi dapat dilakukan secara kuantitatif maupun kualitatif.
  • Contoh Evaluasi:
    • Mengukur peningkatan kemampuan berbicara siswa melalui tes lisan.
    • Melakukan survei kepuasan siswa terhadap kegiatan English Corner.

Fleksibilitas dan Adaptasi

Program ini dapat disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing sekolah dan kelas. Guru dapat memilih topik atau tema pembelajaran bahasa Inggris yang relevan dengan minat siswa. Selain itu, guru juga dapat melibatkan siswa dalam proses pengambilan keputusan pada setiap tahap model BAGJA.

Manfaat Program

  • Meningkatkan kepemimpinan murid: Siswa belajar untuk mengambil inisiatif, bertanggung jawab, dan bekerja sama dalam kelompok.
  • Meningkatkan motivasi belajar: Siswa merasa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan memiliki rasa memiliki terhadap kegiatan belajar.
  • Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah: Siswa dilatih untuk menganalisis masalah dan mencari solusi yang kreatif.
  • Meningkatkan kemampuan komunikasi: Siswa berlatih untuk menyampaikan ide dan pendapat dalam bahasa Inggris.

Dengan menerapkan model prakarsa perubahan BAGJA, diharapkan dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aktif, menyenangkan, dan berpusat pada siswa, sehingga pembelajaran bahasa Inggris menjadi lebih efektif dan bermakna.


Tema Proyek: Membuat Podcast Bahasa Inggris

Tahapan BAGJA dan Aksi Nyata dengan Prinsip VCO

  1. Berkenalan dengan Masalah (Suara Siswa)

    • Aksi: Guru memulai dengan survei kecil untuk mengetahui minat siswa.
      • Pertanyaan: Apa topik yang ingin kalian bahas dalam bahasa Inggris? Podcast seperti apa yang ingin kalian buat?
    • Tujuan: Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengekspresikan minat dan kebutuhan mereka.
  2. Analisis Masalah (Pilihan Siswa)

    • Aksi: Siswa dibagi menjadi kelompok kecil untuk mendiskusikan hasil survei dan memilih topik yang paling menarik.
      • Pilihan: Siswa diberikan pilihan untuk memilih topik yang sesuai dengan minat mereka, seperti budaya pop, isu sosial, atau hobi.
    • Tujuan: Memungkinkan siswa untuk membuat keputusan dan memiliki rasa memiliki terhadap proyek.
  3. Generasi Ide Solusi (Kepemilikan Siswa)

    • Aksi: Setiap kelompok mengembangkan ide-ide kreatif untuk podcast mereka.
      • Kepemilikan: Siswa diberikan kebebasan untuk menentukan format podcast, durasi, gaya bahasa, dan efek suara yang akan digunakan.
    • Tujuan: Memberikan ruang bagi siswa untuk mengeksplorasi kreativitas dan mengembangkan keterampilan pemecahan masalah.
  4. Jadikan Rencana Aksi (Suara Siswa)

    • Aksi: Setiap kelompok membuat rencana aksi yang detail, termasuk pembagian tugas, jadwal produksi, dan target penyelesaian.
      • Suara: Siswa dapat memberikan masukan dan menyusun rencana yang sesuai dengan kemampuan dan ketersediaan waktu mereka.
    • Tujuan: Membina rasa tanggung jawab dan kerja sama tim.
  5. Aksi (Pilihan Siswa)

    • Aksi: Siswa mulai merekam, mengedit, dan memproduksi podcast mereka.
      • Pilihan: Siswa dapat memilih platform online untuk membagikan podcast mereka, seperti Anchor, Spotify, atau Soundcloud.
    • Tujuan: Memberikan pengalaman nyata dalam memproduksi konten audio dan mempublikasikan karya mereka.
  6. Evaluasi (Kepemilikan Siswa)

    • Aksi: Siswa melakukan refleksi diri dan memberikan umpan balik kepada anggota kelompok lainnya.
      • Kepemilikan: Siswa dapat mengevaluasi keberhasilan podcast mereka berdasarkan kriteria yang telah ditentukan bersama-sama.
      • Tujuan: Membantu siswa belajar dari pengalaman dan meningkatkan kualitas karya mereka.

Contoh Kegiatan Konkret di Kelas:

  • Workshop Podcast Dasar: Guru memberikan penjelasan singkat tentang teknik dasar pembuatan podcast, seperti penggunaan mikrofon, software editing, dan teknik berbicara di depan mikrofon.
  • Guest Speaker: Mengundang podcaster profesional untuk berbagi pengalaman dan tips.
  • Pameran Podcast: Mengadakan pameran podcast di sekolah untuk memperkenalkan karya siswa kepada seluruh komunitas sekolah.

Manfaat Penerapan Prinsip VCO:

  • Meningkatkan motivasi belajar: Siswa merasa lebih terlibat dan memiliki tujuan yang jelas dalam pembelajaran.
  • Mengembangkan keterampilan abad ke-21: Siswa dapat mengembangkan keterampilan komunikasi, kreativitas, kolaborasi, dan berpikir kritis.
  • Meningkatkan kepercayaan diri: Siswa memiliki kesempatan untuk menunjukkan kemampuan dan bakat mereka.
  • Membuat pembelajaran lebih menyenangkan: Siswa belajar sambil bersenang-senang.

Penting:

  • Fleksibilitas: Program ini dapat disesuaikan dengan minat dan kemampuan siswa.
  • Dukungan Guru: Guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing, memberikan dukungan dan umpan balik yang konstruktif.
  • Aksesibilitas Teknologi: Pastikan semua siswa memiliki akses ke perangkat dan software yang diperlukan untuk membuat podcast.

Dengan menerapkan prinsip suara, pilihan, dan kepemilikan dalam pembelajaran bahasa Inggris, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih bermakna dan memberdayakan siswa untuk menjadi pembelajar yang aktif dan kreatif.

TIRTA Coaching adalah sebuah model coaching yang efektif dan relevan dengan konteks Indonesia. Dengan mengikuti proses TIRTA Coaching, indiv...

TIRTA Coaching adalah sebuah model coaching yang efektif dan relevan dengan konteks Indonesia. Dengan mengikuti proses TIRTA Coaching, individu dapat memperoleh clarity, focus, dan dukungan yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan hidupnya.


 Daftar Isi 

  1. Capaian Yang Diharapkan
  2. Pembelajaran 1. Gali Pemahaman Diri 
  3. Pembelajaran 2. Identifikasi Konsep 
  4. Pembelajaran 3. Aplikasi Nyata 
  5. Pembelajaran 4. Telaah Kembali/Refleksi 
  6. Surat Penutup 

Kompetensi Yang Dituju

Modul ini diharapkan berkontribusi untuk mencapai kompetensi lulusan sebagai berikut :

1.     Guru Jawa Barat dapat menjelaskan pengertian coaching secara umum dan coaching dalam konteks Pendidikan

2.     Guru Jawa Barat mampu menjelaskan paradigma berpikir dan prinsip coaching.

3.     Guru Jawa Barat mampu menjelaskan kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching

4.     Guru Jawa Barat mampu mempraktikkan supervisi akademik dengan berpikir coaching

Capaian Umum

Secara umum, profil kompetensi Guru Jawa Barat yang ingin dicapai dari modul ini adalah Guru Jawa Barat mampu:

1.     Mengidentifikasi konsep-konsep coaching secara umum, coaching dalam pendidikan dan coaching dengan alur TIRTA serta coaching untuk supervisi akademik

2.     Merefleksikan konsep-konsep dengan implementasi selama ini dan rencana tindak lanjutnya

Capaian Khusus

Secara khusus, modul ini diharapkan dapat membantu Guru Jawa Barat untuk mampu:

1.     Mengidentifikasi konsep-konsep coaching secara umum dan coaching dalam pendidikan;

2.     Menjelaskan paradigma berpikir dan prinsip coaching;

3.     Menjelaskan kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching

4.     Mempraktikkan supervisi akademik dengan berpikir coaching

Isi Materi Modul

1.     Pengertian coaching secara umum dan coaching dalam Pendidikan

2.     Paradigma berpikir dan prinsip coaching

3.     Kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching

4.     Supervisi akademik dengan berpikir coaching

Sumber Belajar

1.     Video; penjelasan, konsep, dan strategi pengelolaan sumber daya

2.     Bacaan: artikel

3.     Tautan: google form untuk menjawab pertanyaan yang diberikan

 

Tahapan Belajar

Gali Pemahaman Diri

·       Guru mengingat ulang pengetahuan mereka tentang karakteristik atau keterampilan yang perlu dimiliki seorang coach yang efektif dalam konteks pendidikan, dan bagaimana dapat mengembangkannya dengan mengisi pertanyaan/ kuesioner yang ada.

·       Guru merefleksikan hasil jawaban yang dimiliki dari pengetahuan awal tentang materi ini

·       Guru mengajukan pertanyaan

Identifikasi Konsep

·       Mengidentifikasi konsep-konsep coaching secara umum dan coaching dalam pendidikan;

·       Menjelaskan paradigma berpikir dan prinsip coaching;

·       Menjelaskan kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching

·       Mempraktikkan supervisi akademik dengan berpikir coaching

Aplikasi Nyata

·       Guru mengimplementasikan konsep dalam bentuk aksi nyata di kelas/sekolah

·       Guru mengkomunikasikan hasil implementasikan konsep dalam bentuk aksi nyata di kelas/sekolah lewat blog

Telaah Kembali

·       Guru merefleksikan hasil implementasikan konsep dalam bentuk aksi nyata di kelas/sekolah lewat blog

·       Guru menyusun rencana tindak lanjut perbaikan dalam
meningkatkan diri untuk memahami materi dan implementasi/aksi nyata di kelas/sekolah

SESI BEREHAN

Guru membagikan pengalaman dalam mengimplementasikan salah
satu topik/sub modul/modul dan hasil pembelajarannya yang telah
dilakukan di kelas/sekolahnya masing- masing kepada guru-guru
lainnya di sekola


PEMBELAJARAN 1: GALI PEMAHAMAN DIRI

Waktu: 1 x 45 Menit

PEMBELAJARAN 2: IDENTIFIKASI KONSEP

Waktu: 2 x 45 Menit

Tujuan Pembelajaran Khusus: 

  1. 1. Mengidentifikasi konsep-konsep coaching secara umum dan coaching dalam pendidikan; 
  2. 2. Menjelaskan paradigma berpikir dan prinsip coaching; 
  3. 3. Menjelaskan kompetensi inti coaching dan TIRTA sebagai alur percakapan coaching 
  4. 4. Mempraktikkan supervisi akademik dengan berpikir coaching 

Bapak/Ibu Guru, kali ini kita masuk pada sesi pembelajaran 2, yaitu Identifikasi Konsep. Pada sesi pembelajaran kali ini, Anda akan banyak melakukan eksplorasi mandiri dengan menelaah konsep dasar tentang coaching. Aktivitas setelah membaca mandiri dilanjutkan dengan berdiskusi bersama dengan guru lainnya pada Forum Diskusi. Sebelum melakukan telaah materi, silahkan Anda mempelajari terlebih dahulu pertanyaan pemantik berikut ini: 

A. Konsep coaching secara umum dan coaching dalam konteks pendidikan 

Coaching didefinisikan sebagai sebuah proses kolaborasi yang berfokus pada solusi, berorientasi pada hasil dan sistematis, dimana coach memfasilitasi peningkatan atas performa kerja, pengalaman hidup, pembelajaran diri, dan pertumbuhan pribadi dari coachee (Grant, 1999). Selain coaching, ada beberapa metode pengembangan diri yang lain yang bisa jadi sudah kita praktikan selama ini di sekolah yaitu mentoring, konseling, fasilitasi dan training

Tabel 1. Perbedaan antara Coaching, Mentoring, Konseling, Fasilitasi dan Training

 No.

 Aspek

Coaching 

Mentoring 

Konseling 

Fasilitasi 

Training 

 1.

 Tujuan

Menuntun coachee untuk menemukan ide baru atau cara untuk mengatasi tantangan yang dihadapi atau mencapai tujuan yang dikehendaki

Membagikan pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman nya untuk membantu mentee mengembangkan dirinya

Biasanya dilakukan ketika ada masalah emosi dan psikologis, fokus pada pembenahan masa lalu, dan kadang melibatkan terapi dan pendekatan remedia

Membantu memudahkan kelompoknya dalam mengidentifik asi dan memecahkan masalah dan membuat keputusan untuk meningkatkan efektivitas kelompok itu

Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan trainee

 2.

 Hubungan

 Membangun kemitraan yang setara dan coachee sendiri yang mengambil keputusan. Coach hanya menghantarkan melalui mendengarkan aktif dan melontarkan pertanyaan, coachee lah yang membuat keputusan sendiri

 Hubungan antara seseorang yang berpengalaman dan yang kurang berpengalaman. Mentor langsung memberikan tips bagaimana menyelesaikan suatu masalah atau mencapai sesuatu

 Hubungan antara seorang ahli dan seseorang yang membutuhkan bantuannya. Konselor bisa saja langsung memberi solusi.

 Hubungan seseorang yang berada di luar kelompok dengan suatu kelompok yang difasilitasinya. Fasilitator membantu mengefektifitaskan kelompok tersebut.


 Hubungan antara seorang ahli dan kelompok yang perlu ditingkatkan pengetahuan dan keterampilannya.


Ki Hadjar Dewantara menekankan bahwa tujuan pendidikan itu ‘menuntun’ tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya. oleh sebab itu keterampilan coaching perlu dimiliki para pendidik untuk menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat. Proses coaching sebagai komunikasi pembelajaran antara guru dan murid, murid diberikan ruang kebebasan untuk menemukan kekuatan dirinya dan peran pendidik sebagai ‘pamong’ dalam memberi tuntunan dan memberdayakan potensi yang ada agar murid tidakkehilangan arah dan menemukan kekuatan dirinya tanpa membahayakan dirinya.


Tabel 2. Paradigma Berpikir Among

Coach & Coachee adalah Mitra Belajar

Emansipatif

Mitra belajar memberikan perspektif keselarasan dalam berinteraksi dan berdialog antara coach dan coachee. Relasi yang apresiatif sebagai mitra belajar melatih cara berpikir bahwa dalam proses coaching keduanya memiliki kesepahaman yang sama tentang belajar. Ketika mendengarkan coachee, seorang coach belajar mengenali kekuatan dirinya juga mengenali coachee-nya secara mendalam. Demikian pula sebaliknya, tuntunan yang diberikan coach memberikan ruang bagi coachee untuk menemukan kekuatan dirinya.

Proses coaching membuka ruang emansipatif bagi coach dan coachee untuk merefleksikan kebebasan mereka melalui kesepakatan dan pengakuan bersama terhadap norma-norma (rasa percaya, selaras,apresiatif) yang mengikat mereka. Ruang emansipatif memberi peluang bagi coachee untuk menemukan kekuatan dan potensi dirinya. Komunikasi yang emansipatif menciptakan keselarasan cara berpikir antara coach dan coachee.

Kasih dan Persaudaraan

Ruang Perjumpaan Pribadi

Proses coaching sebagai sebuah latihan menguatkan semangat Tut Wuri Handayani yaitu mengikuti/mendampingi/mendorong kekuatan diri secara holistik berdasarkan cinta kasih dan persaudaraan tanpa pamrih, tanpa keinginan menguasai dan memaksa. Coach dan coachee adalah seorang manusia yang memiliki kebebasan untuk mendapatkan cinta kasih dalam setiap interaksi dan dialog yang terjadi.

Proses coaching merupakan sebuah ruang perjumpaan pribadi antara coach dan coachee sehingga keduanya membangun rasa percaya dalam kebebasan masingmasing. Kebebasan tercipta melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif untuk menguatkan kekuatan diri coachee.


Dalam ruang kemerdekaan belajar, proses coaching juga merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak coach dan coachee. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam dapat membuat coachee melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan- pertanyaan dalam proses coaching juga mendorong coachee berpikir secara kritis dan mendalam yang bermuara pada coachee dapat mnemukan kekuatan diri dan potensinya untuk terus dikembangkan secara berkesinambungan tau menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat. Pengembangan kekuatan dan potensi diri inilah yang menjadi tugas seorang coach (pendidik/pamong). Apakah pengembangan diri seorang coachee cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang coachee. Pengembangan diri baik seorang coach atau coachee dapat dimaksimalkan dengan proses coaching.

B. Coaching dan TIRTA sebagai Alur Percakapan Coaching

Tujuan:
  1. 1. Memahami 3 kompetensi inti coaching: Kehadiran Penuh, Mendengarkan Aktif, dan Mengajukan Pertanyaan Berbobot.
  2. 2. Mampu melakukan percakapan coaching dengan alur TIRTA (Tujuan, Identifikasi, Rencana, Tanggung Jawab, Aksi).

Kompetensi Inti Coaching

  1. 1. Kehadiran Penuh (Presence):
  • Fokus dan hadir sepenuhnya saat coaching.
  • Bersikap terbuka, sabar, dan ingin tahu lebih banyak tentang coachee.
  • Latih dengan STOP dan Mindful Listening.
  1. 2. Mendengarkan Aktif:
  • Fokus pada apa yang dikatakan coachee dan pahami makna yang tersirat.
  • Hindari asumsi, pelabelan, dan asosiasi pribadi.
  • Gunakan RASA (Receive, Appreciate, Summarize, Ask) untuk mendengarkan aktif.

  1. 3. Mengajukan Pertanyaan Berbobot:

  • Gunakan kata kunci dari coachee.
  • Bertujuan untuk membantu coachee berpikir dan menggali lebih dalam.
  • Bersifat terbuka dan eksploratif.
  • Diajukan di momen yang tepat.
  • Gunakan kiat-kiat seperti merangkum, menggunakan kata tanya terbuka, dan jeda.

Alur TIRTA:

  1. 1. Tujuan: Apa yang ingin dicapai coachee?
  2. 2. Identifikasi: Apa yang menghambat coachee mencapai tujuan?
  3. 3. Rencana: Bagaimana cara coachee mencapai tujuan?
  4. 4. Tanggung Jawab: Siapa yang bertanggung jawab atas rencana?
  5. 5. Aksi: Apa langkah konkret yang akan diambil coachee?

Kompetensi inti coaching dan alur TIRTA adalah alat penting untuk melakukan percakapan coaching yang efektif. Dengan memahami dan mempraktekkan nya, Anda dapat membantu coachee mencapai tujuan mereka dan mengembangkan diri mereka.

Percakapan Berbasis Coaching dengan Alur TIRTA

Tujuan:
  • Memahami alur TIRTA sebagai panduan dalam percakapan coaching.
  • Mampu menggunakan alur TIRTA untuk berbagai jenis percakapan coaching: perencanaan, refleksi, pemecahan masalah, dan kalibrasi.

Alur TIRTA:

T - Tujuan:

  • Menetapkan tujuan percakapan coaching yang jelas dan disepakati bersama antara coachdan coachee.
  • Tujuan ini haruslah SMART (Specific, Measurable, Achievable, Relevant, and Timebound).

I - Identifikasi:

  • Menggali informasi dan pemahaman coachee terkait tujuan, situasi, dan tantangan yangdihadapi.
  • Gunakan pertanyaan terbuka untuk mendorong coachee mengeksplorasi diri dan menemukan akar permasalahan.
  • Perhatikan kata kunci dan isyarat nonverbal coachee untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam.

R - Rencana Aksi:

  • Membantu coachee menyusun rencana aksi yang konkret dan realistis untuk mencapaitujuan.
  • Rencana aksi harus memuat langkah-langkah yang jelas, terukur, dan memiliki tenggatwaktu.
  • Libatkan coachee dalam proses pembuatan rencana aksi untuk meningkatkan rasa kepemilikan dan komitmen.

T - Tanggung Jawab:

  • Menetapkan tanggung jawab atas pelaksanaan rencana aksi.
  • Pastikan coachee memahami peran dan tanggung jawabnya dalam mencapai tujuan.
  • Dapatkan komitmen coachee untuk melaksanakan rencana aksi dengan penuh tanggung jawab.

Aplikasi Alur TIRTA:

  1. 1. Percakapan Perencanaan:
  • Fokus pada penetapan tujuan dan pengembangan rencana aksi untuk mencapai tujuan tersebut.
  • Gunakan pertanyaan seperti: "Apa yang ingin Anda capai?", "Apa yang sudah Anda lakukan
    sejauh ini?
    ", "Apa sumber daya yang Anda miliki?", "Bagaimana Anda akan mengukur
    keberhasilan?
    ".
  1. 2. Percakapan Refleksi:
  • Membantu coachee merefleksikan pengalaman dan pembelajaran dari suatu peristiwa atau situasi.
  • Gunakan pertanyaan seperti: "Apa yang Anda pelajari dari pengalaman ini?", "Apa yang bisa Anda lakukan berbeda lain kali?", "Bagaimana Anda bisa menerapkan pembelajaran ini dalam situasi lain?". 
  1. 3. Percakapan Pemecahan Masalah:
  • Membantu coachee mengidentifikasi akar permasalahan dan mengembangkan solusi yang efektif.
  • Gunakan pertanyaan seperti: "Apa yang menjadi masalahnya?", "Apa penyebabnya?", "Apa saja solusi yang mungkin?", "Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?". "Apa saja solusi yang mungkin?", "Apa yang akan Anda lakukan selanjutnya?".
  1. 4. Percakapan Kalibrasi:
  • Membantu coachee menilai kemajuannya dalam mencapai tujuan dan melakukan penyesuaian terhadap rencana aksi jika diperlukan.
  • Gunakan pertanyaan seperti: "Apa yang sudah Anda capai sejauh ini?", "Apa yang masih
    perlu ditingkatkan?", "Bagaimana Anda dapat memaksimalkan potensi Anda?".


Alur TIRTA adalah panduan yang efektif untuk membantu coach dalam memfasilitasi
percakapan coaching yang bermakna dan berdampak positif bagi coachee. Dengan memahami
dan menerapkan alur TIRTA, coach dapat membantu coachee mencapai tujuannya,
meningkatkan kinerja, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.


Umpan Balik Berbasis Coaching

Tujuan:
  • Memberikan pemahaman tentang umpan balik yang efektif dan memberdayakan sesuaiprinsip dan paradigma berpikir coaching.
  • Meningkatkan kemampuan memberikan umpan balik dengan menggunakan data dan pertanyaan reflektif.

Prinsip Umpan Balik Berbasis Coaching:

  • Tujuan: Membantu pengembangan diri coachee.
  • Tanpa umpan balik, orang tidak mudah untuk berubah.
  • Menjaga prinsip kemitraan.
  • Selalu mulai dengan memahami pandangan/pendapat coachee.

Jenis Umpan Balik:

  1. A. Umpan Balik dengan Pertanyaan Reflektif:

  • Membantu coachee menggunakan datanya sendiri untuk evaluasi diri.
  • Contoh pertanyaan:
○ Apa indikator pemahaman murid dari pembelajaran?
○ Apa landasan perubahan metode penyampaian materi?
○ Data apa yang digunakan untuk menilai kesiapan murid?
○ Apa yang Anda rasakan saat murid menyatakan kepuasan?
○ Indikator apa yang menunjukkan ketercapaian pembelajaran?

  1. B. Umpan Balik Menggunakan Data Valid:

  • Membantu coachee mengidentifikasi, observasi, dan mengumpulkan data sendiri.
  • Contoh data:
○ Jumlah pertanyaan yang diajukan dalam 10 menit pertama kelas.
○ Jumlah murid yang menjawab pertanyaan.

Tips Memberikan Umpan Balik:

  1. 1. Pastikan coach dalam suasana hati positif.
  2. 2. Dapatkan dulu pandangan coachee tentang situasi yang akan diberi umpan balik.
  3. 3. Dengarkan, dapatkan kata kunci, dan perdalam dari situ.
  4. 4. Berikan umpan balik apresiatif atas hal-hal baik yang ditunjukkan coachee.

Umpan balik berbasis coaching adalah cara yang efektif untuk membantu coachee mengembangkan diri dan meningkatkan kinerjanya. Dengan menerapkan prinsip-prinsip dan teknik-teknik yang telah dibahas, coach dapat memberikan umpan balik yang memberdayakan dan bermakna bagi coachee.


  1. C. Supervisi Akademik dengan Paradigma Berpikir Coaching

Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching merupakan pendekatan baru dalam
supervisi yang berfokus pada pengembangan kompetensi dan pemberdayaan guru.
Pendekatan ini berbeda dengan paradigma tradisional yang lebih menekankan pada evaluasi
dan penilaian.

Prinsip-prinsip supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching:

  • Kemitraan: Supervisor dan guru bekerja sama sebagai mitra dalam proses supervisi.
  • Konstruktif: Tujuan supervisi adalah untuk membantu guru berkembang danmeningkatkan kinerjanya.
  • Terencana: Supervisi dilakukan secara terencana dan sistematis.
  • Reflektif: Guru dan supervisor merefleksikan pembelajaran dan praktiknya untukmeningkatkan pemahaman dan kinerjanya.
  • Objektif: Data dan informasi yang digunakan dalam supervisi bersifat objektif dan akurat.
  • Berkesinambungan: Supervisi dilakukan secara berkelanjutan dan berkelanjutan.
  • Komprehensif: Supervisi mencakup semua aspek pembelajaran dan praktik guru.

Tahapan supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching:

  1. 1. Perencanaan: Supervisor dan guru berkolaborasi untuk menentukan tujuan supervisi memilih metode observasi, dan menyusun instrumen observasi.
  2. 2. Pelaksanaan: Supervisor melakukan observasi pembelajaran di kelas dan mencatat data yang relevan.
  3. 3. Pasca observasi: Supervisor dan guru berdiskusi tentang hasil observasi, menganalisis data, dan menyusun rencana pengembangan diri.
  4. Tindak lanjut: Supervisor dan guru memantau kemajuan guru dalam melaksanakan rencana pengembangan dirinya.

Manfaat supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching:

  • Meningkatkan motivasi dan komitmen guru.
  • Meningkatkan keterampilan dan pengetahuan guru.
  • Meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
  • Meningkatkan hasil belajar siswa.
  • Menciptakan budaya belajar yang positif di sekolah.

Peran Kepala Sekolah sebagai Coach:

  • Kepala sekolah bertanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk supervisi akademik.
  • Kepala sekolah menyediakan pelatihan dan pengembangan profesional bagi guru tentang supervisi akademik.
  • Kepala sekolah mengamati dan memantau pelaksanaan supervisi akademik.
  • Kepala sekolah memberikan umpan balik dan dukungan kepada supervisor dan guru.

Supervisi akademik dengan paradigma berpikir coaching merupakan pendekatan yang efektif untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Dengan menerapkan pendekatan ini, kepala sekolah dapat membantu guru untuk berkembang dan mencapai potensi penuh mereka, yang pada akhirnya akan berdampak positif pada hasil belajar siswa.

  1. D. Paradigma Berfikir Coaching

Bapak/Ibu Calon Guru Penggerak, untuk dapat membantu rekan sejawat kita untuk
mengembangkan kompetensi diri mereka dan menjadi otonom, kita perlu memiliki paradigma
berpikir coaching terlebih dahulu. Paradigma tersebut adalah:

  1. 1. Fokus pada coachee/rekan yang akan dikembangkan
  2. 2. Bersikap terbuka dan ingin tahu
  3. 3. Memiliki kesadaran diri yang kuat
  4. 4. Mampu melihat peluang baru dan masa depan

Masing-masing dari paradigma berpikir coaching akan dijelaskan pada bagian berikut ini. 

Fokus pada Coachee 

Paradigma berpikir yang pertama adalah fokus pada coachee atau rekan sejawat yang
akan kita kembangkan. Pada saat kita mengembangkan kompetensi rekan sejawat kita,
kita memusatkan perhatian kita pada rekan yang kita kembangkan, bukan pada "situasi". 
yang dibawanya dalam percakapan. Fokus diletakkan pada topik apa pun yang dibawa oleh rekan tersebut, dapat membawa kemajuan pada mereka, sesuai keinginan mereka.

Berikut adalah percakapan yang menggambarkan bagaimana kita berfokus pada rekan sejawat kita bukan pada "situasi" yang disampaikan dalam percakapan.


Coachee

Pak, bantu saya donk …. Saya kewalahan nih menghadapi salah satu murid saya di kelas. Setiap saya sedang mengajarkan sebuah konsep, ada saja yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian saya dan teman-temannya.

Coach

Baik Bu. Apa yang dia lakukan untuk mengalihkan perhatian Ibu dan teman-temannya? Bisa diceritakan?

Coachee

(bercerita tentang apa yang dilakukan oleh murid yang dimaksud)

Coach

Jadi itu yang dia lakukan. Lantas, situasi ideal apa yang Ibu inginkan?

Coachee

Saya ingin murid saya ini bisa fokus menyimak penjelasan saya pada saat saya mengajar.

Coach

Jadi Ibu ingin murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar. Supaya murid Ibu ini bisa fokus menyimak penjelasan Ibu pada saat Ibu mengajar, apa saja yang perlu Ibu lakukan?

Coachee

(bercerita hal-hal yang perlu dilakukan)


Perhatikan percakapan di atas, saat seorang guru (coachee) menyampaikan situasi mengenai salah satu muridnya yang mengalihkan perhatian guru tersebut. Kemudian rekan sejawatnya (coach) memfokuskan coachee kepada apa yang perlu dilakukan. Percakapan ini berlanjut kepada hal-hal apa saja yang guru tersebut perlu lakukan berbeda, apa yang perlu diketahui atau kuasai untuk dapat mencapai tujuan yaitu, sang murid dapat fokus menyimak penjelasannya pada saat dia mengajar.


PEMBELAJARAN 3: APLIKASI NYATA

Waktu: 2 x 45 Menit


Tujuan Pembelajaran Khusus:

  1. 1. Mengimplementasikan konsep dalam bentuk aksi nyata di kelas/sekolah
  2. 2. Mendorong guru untuk menerapkan coaching di kelas mereka.
  3. 3. Meningkatkan keterampilan guru dalam coaching
  4. 4. Mengupload hasil implementasikan konsep dalam bentuk aksi nyata di kelas/sekolah lewat video dan laporannya
Pada tahapan ini , Bapak/Ibu Guru:
  1. 1. Mengidentifikasikan/memilih salah satu topik coaching yang ingin Anda terapkan di kelas/sekolah Anda
  2. 2. Lakukan coaching dengan salah satu siswa di kelas Anda, atau dengan rekan sejawat Anda dapat menggunakan berbagai metode coaching:
  3. 3. Dokumentasikan proses coaching Anda, termasuk:
  • Topik coaching
  • Metode coaching yang digunakan
  • Catatan percakapan
  • Refleksi Anda terhadap proses coaching
  • Evaluasi Anda terhadap efektivitas coaching
  1. 4. Melaporkan kegiatan coaching Anda
  2. 5. Mengunggah Video Coaching dengan laporan implementasi coaching Anda di LMS

Pedoman Penilaian:

  1. 1. Kejelasan tujuan coaching: Apakah tujuan coaching dirumuskan dengan jelas dan terukur?
  2. 2. Kesesuaian metode coaching: Apakah metode coaching yang digunakan sesuai dengan topik coaching dan kebutuhan siswa?
  3. 3. Keterampilan coaching: Apakah coach menunjukkan keterampilan coaching yang baik, seperti:
  • Kemampuan mendengarkan secara aktif
  • Kemampuan bertanya pertanyaan terbuka
  • Kemampuan memberikan umpan balik yang konstruktif
  • Kemampuan mendorong coachee untuk berefleksi
  1. 4. Efektivitas coaching: Apakah coaching menunjukkan efek positif terhadap pembelajaran siswa?